80 Tahun Merdeka, Robert Hendra Sulu Ajak Kita Merasakan Kemerdekaan lewat Seni dan Rasa

Robert Hendra Sulu memetik gitar dengan penuh rasa, mengekspresikan makna kemerdekaan melalui jiwa seni yang tumbuh dalam dirinya.

Banjarbaru, 17 Agustus 2025 — Di tengah riuhnya perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, sosok Robert Hendra Sulu, SH., MH tampil berbeda. Ia tidak berdiri di depan sorotan, tidak naik ke panggung, apalagi memimpin upacara. Namun, justru dari ketenangan dan ketulusan hatinya, ia menyampaikan pesan kuat tentang kemerdekaan.

Robert bukan hanya dikenal sebagai advokat senior yang aktif membela keadilan di Kalimantan Selatan. Di balik jas hitam dan ketegasan logika hukumnya, tumbuh subur jiwa seni yang halus sebuah ruang pribadi tempat ia menyemai makna kemerdekaan dengan cara yang lebih dalam dan personal.

Bagi Robert, kemerdekaan bukan hanya peristiwa sejarah atau momen peringatan tahunan. Ia meyakini bahwa kemerdekaan adalah pengalaman batin, yang harus terus ditumbuhkan dalam jiwa setiap anak bangsa.

“Bicaralah tentang kemerdekaan itu dengan rasa,” ungkap Robert dengan tenang. “Karena rasa itulah yang menjaga kita tetap satu, meskipun berbeda dalam banyak hal. Rasa adalah pengikat kebangsaan yang tak bisa diatur dalam pasal, tapi terasa dalam kehidupan.”

Pandangan ini lahir dari perenungan panjang yang ia rajut antara profesinya sebagai praktisi hukum dan hobinya menyelami dunia seni baik dalam bentuk musik, puisi, maupun refleksi spiritual.

Meski tidak pernah mengenyam pendidikan seni secara formal, Robert menghidupkan seni dalam kehidupannya sehari-hari. Ia kerap menulis lirik, memetik gitar saat malam sunyi, dan menuliskan renungan tentang tanah air dalam catatan pribadinya.

“Saya bukan musisi, bukan penyair. Tapi saya percaya, seni adalah cara lain untuk bicara pada bangsa ini. Bukan untuk didengar banyak orang, tapi untuk mendengar diri sendiri: Sudahkah kita benar-benar merdeka dalam hati?”

Di tengah jadwalnya yang padat sebagai advokat, Robert menjadikan seni sebagai ruang teduh untuk menjaga semangat kemerdekaan tetap menyala. Baginya, hukum adalah wujud pengabdian pada bangsa, dan seni adalah cara menjaga jiwanya tetap utuh.

Baca Juga  BPJN Janji Perbaiki Jalan Sungai Turak, Warga Gembira Menanti Perbaikan

Tahun 2025 menjadi tonggak sejarah: delapan dekade Indonesia merdeka. Robert melihat usia ini bukan hanya sebagai angka, tetapi sebagai pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanah yang harus terus dijaga, tidak hanya lewat kebijakan atau aturan, tapi juga lewat rasa saling memiliki.

“Kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari rasa. Ketika rasa itu mati, maka kemerdekaan pun kehilangan maknanya. Kita harus menumbuhkan lagi rasa saling peduli, saling mendengar, dan saling menjaga,” ujarnya.

Di tengah zaman yang kian cepat dan penuh distraksi, Robert mengajak masyarakat terutama kaum muda untuk tak hanya menghafal sejarah kemerdekaan, tapi juga merasakannya dalam keseharian.

Robert Hendra Sulu adalah gambaran nyata bahwa cinta Tanah Air tak selalu harus diteriakkan. Kadang cukup ditumbuhkan dalam hati, disirami lewat karya, dan dihidupkan lewat tindakan. Ia membuktikan bahwa seorang advokat pun bisa menjadi seniman dalam diam menuliskan makna kemerdekaan bukan di atas panggung, tapi dalam diri dan pengabdiannya.

Dan mungkin itulah esensi kemerdekaan: ketika hukum dan seni saling menguatkan, dan rasa menjadi jembatan yang menyatukan kita semua sebagai satu bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *