BANJAR, – Hampir sebulan terakhir persoalan sampah mendera Banjarmasin hingga ke Kabupaten tetangga, Kabupaten Banjar. Ketegasan Kementerian Lingkungan Hidup berdampak serius bagi Banjarmasin, karena TPA Basirih yang menjadi persinggahan terakhir ditutup rapat pemerintah.
Alhasil Banjarmasin bergejolak “darurat sampah” karena terjadi penumpukan luar biasa di sejumlah TPS. Kondisi diperparah dengan munculnya TPS-TPS liar dan membuat sejumlah kantong kosong kawasan penuh dengan gunungan sampah hingga meluber ke jalan raya.
PR baru pun disandang duet pemerintahan baru HM Yamin HR dan Hj Ananda. Akibatnya dua pemimpin baru dan berusia muda segera “berlari” mengatasi persoalan pelik yang menyambut mereka usai menerima estafet pemerintahan dari Ibnu Sina dan Arifin Noor.
Seperti tetangga baiknya Banjarmasin, Kabupaten Banjar pun tak luput dari permasalahan sampah. Karena beberapa kawasan kabupaten terluas di Kalsel ini, kebagian jatah “TPS Liar”. Sebut saja dari Kertak Hanyar, Jalan Tol Lingkar Selatan hingga berapa titik kawasan dipenuhi sampah.
Ketua DPW Apresiasi Lingkungan Hutan Indonesia (ALUN) Kalsel, Tommy Kristian Catur, menyebut persoalan sampah merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya semata menjadi tugas pemerintah. Sudah saatnya semua pihak memulai kebiasaan baru yang lebih baik dalam penanganan sampah termasuk dalam pemilahannya.
Hal ini dikemukakannya saat Dialog Bakisah (Bijak Kelola Sampah) di Radio Suara Banjar, Martapura, Kamis (06/03/2025). Dalam dialog yang dipandu Host Pepen Effendi, Tommy yang juga aktivis lingkungan dan mantan Ketua Mapala STIE Pancasetia Banjarmasin, mengajak masyarakat mengubah pola dan perilaku membuang sampah.
“Ingat sampah bukan tanggung jawab pemerintah, namun adalah tanggung jawab bersama, ya kita dong.Mari kita rubah kebiasaan yang dianggap budaya buruk membuang sampah sembarangan.Yok Kita berubah dari sekarang, kita dukung pemerintah mengelola dengan baik permasalahan sampah di daerah, termasuk Kabupaten Banjar,” terang Tommy.
Tommy sendiri bersama organisasi ALUN tidak henti-hentinya selalu mengajak masyarakat untuk sadar dan betapa pentingnya bersama-sama memulai kebiasaan baru yang lebih baik dalam penanganan sampah termasuk dalam pemilahannya.
“Sampah itu peluang ekonomi keluarga, bisa menghasilkan cuan. Kalau kita bijak memilah sebelum membuang ke TPS, maka secara tidak langsung kita membantu pemerintah untuk zero sampah non organik ke TPA. Maka dari itu mari manfaatkan Bank sampah, untuk kita menabung samppah dan menghasilkan pendapatan. Ini sudah saya mulai dari keluarga di rumah,” ungkap Tommy yang juga Dosen di STIMI Banjarmasin.
Dirinya menambahkan, salah satu pola yang harus diterapkan setidaknya ke depan Bank Sampah sudah ada dari tingkat RT, karena jika hanya per kelurahan seperti saat ini, dinilai kurang efektif.
Menurutnya, hal tersebut telah diterapkan di kampung bersih daerah Jawa Timur yang telah melakukan penanganan dengan baik. Sungai atau selokan di sana bisa hidup ikan koi hampir sama dengan di Jepang. Pertanyaannya, kenapa di Banjarmasin dan di sini tidak bisa?
Menurut Tommy, penanganan sampah dengan armada dan tempat yeng terbatas menjadi permasalahan saat ini termasuk kesadaran masyarakat sendiri. Pihaknya melalui Alun siap berkolaborasi, bersinergi dengan masyarakat mencanangkan edukasi melalui program GASS (Gerakan Amal Sedekah Sampah).
Senada dengan itu Akademisi STIE Pancasetia Banjarmasin dan Pembina DPW ALUN Kalsel, Muhammad Risanta, berharap melalui edukasi-edukasi yang terus digaungkan para aktivis lingkungan, pencinta lingkungan, komunitas peduli sampah hingga pemerintah, secara perlahan akan mengubah perilaku atau kebiasan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan dan terbiasa hidup sehat dan cinta lingkungan.
“Persoalan utamanya adalah bagaimana membangkitkan spirit untuk berubah, ini butuh waktu dan proses. Tetapi kami optimis seiring waktu dan perubahan zaman masyarakat kita akan terbiasa menjalankan pola hidup sehat dan mencintai lingkungan yang bersih. Yang terpenting adalah kolaborasi, sinergi dan pemerintah harus merangkul dan membina masyarakat dalam mengatasi persoalan sampah bersama-sama,” ucap Risanta yang dikenal sebagai Ahli Pers Dewan Pers.
Risanta pun memberikan saran agar permasalahan sampah bisa terselesaikan dengan baik, Pemerintah khususnya dinas terkait untuk fokus di awal-awal pemerintahan baru ini kepada masalah sampah. Alangkah eloknya lagi anggaran di Dinas Lingkungan Hidup ditambah atau dinaikkan, tentunya selaras dengan kebutuhan dan alokasi yang diprioritaskan.
“Anggaran cukup minimal bisa menjadi solusi, selain terobosan-terobosan serta inovasi dari pemerintah daerah mengatasi persoalan sampah. Jangan pernah berhenti berbuat dan memberikan manfaat. Pemerintah bergerak dan menginspirasi, masyarakat pun tergerak dan mengikuti,” sambungnya.
Ia juga berpesan, masyarakat harus sudah bisa memilah sampah dengan baik agar bisa mengetahui mana sampah yang bisa menghasilkan “cuan”. Pemahaman pemilahan sampah ini bisa dimulai dari lingkungan rumah tangga dulu dimana orang tua memberikan contoh kepada anak-anaknya dalam memilah sampah serta membiasakan pemilahan sampah dikehidupan sehari-sehari.*