Banjarbaru – Kontroversi antara Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan (Kadisdik Kalsel), Muhammadun alias Madun, dan guru wanita Amalia Wahyuni terus berlanjut.
Perseteruan ini bermula dari dugaan pengusiran Amalia oleh Madun saat rapat di sebuah hotel setelah Amalia menegur Madun yang merokok. Insiden ini telah memicu kritik tajam dari masyarakat, terutama dari kelompok-kelompok LSM di Kalsel.
Pada Jumat (6/9/2024), puluhan massa dari LSM dan aktivis Kalsel menggelar aksi demonstrasi di Kantor Gubernur Kalsel, Banjarbaru, untuk mendampingi Amalia Wahyuni.
Koordinator aksi, Aliansyah, menuntut agar Gubernur Kalsel, H. Sahbirin Noor, segera mencopot Muhammadun dari jabatannya sebagai Kadisdik.
Dalam orasinya, Aliansyah menegaskan bahwa tindakan Madun melanggar etika sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) serta aturan disiplin yang dapat berujung pada hukuman penjara.
“Madun sudah melanggar etika dan disiplin ASN. Merokok di forum resmi sangat tidak pantas, apalagi pengusiran terhadap Amalia tidak beralasan,” tegas Aliansyah.
Ia juga memperingatkan bahwa jika dalam dua minggu tidak ada tindakan tegas dari Gubernur, mereka akan kembali dengan massa yang lebih besar.
Kasus ini semakin mencuat setelah Amalia menyampaikan keluhannya melalui akun Instagram pribadinya, yang kemudian menjadi viral dan mendapatkan perhatian banyak pihak.
Di sisi lain, muncul juga konten-konten yang membela tindakan Madun, memperkeruh suasana di tengah persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang hanya tinggal tiga bulan lagi.
Kepala Inspektorat Provinsi Kalsel, Dayeen, yang hadir mewakili Pemprov Kalsel, menyampaikan bahwa pihaknya akan memanggil pihak-pihak terkait, termasuk saksi-saksi dan bukti-bukti.
“Kami akan menindaklanjuti kasus ini dan mengajukannya ke Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) serta Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kalsel,” ujar Dayeen.
Namun, jawaban Dayeen dianggap tidak memuaskan oleh para demonstran. Aliansyah menilai bahwa tanggapan Pemprov terlalu basa-basi dan tidak memberikan kepastian.
“Kami tidak puas dengan jawaban yang hanya sekadar formalitas. Harus ada tindakan nyata,” ujar Aliansyah, didampingi para Ketua LSM Kalsel yang turut serta dalam aksi ini.
Di tengah aksi demonstrasi, Amalia Wahyuni yang turut hadir pada aksi tersebut dipanggil untuk berbicara di hadapan massa. Salah seorang orator menyoroti peran Amalia dalam membuka persoalan ini, dengan menyebutnya sebagai seorang pahlawan.
“Kami menganggap ibu guru ini seorang pahlawan, karena berkat video beliau yang viral akhirnya kelakuan kepala dinas yang sudah beberapa kali bikin masalah terbongkar dan diketahui oleh publik,” ujar salah seorang orator.
Amalia menyatakan bahwa ia sangat kecewa dengan sikap arogan Muhammadun. Ia merasa tidak mendapat dukungan dari pihak sekolah maupun rekan-rekannya sesama guru.
“Kadisdik itu seharusnya meminta maaf, bukan justru memfitnah saya. Banyak konten di media sosial yang membela dia, tapi itu semua tidak benar. Tindakan Madun ini harus dihentikan, masih banyak orang yang lebih layak untuk memimpin,” ungkap Amalia.
Kasus ini menjadi perhatian nasional, dan tekanan terhadap Gubernur Kalsel untuk segera mengambil tindakan semakin menguat. Masyarakat menunggu langkah tegas dari Paman Birin untuk menyelesaikan polemik yang berpotensi mengganggu kondusivitas dunia pendidikan di Kalsel.