Mantan Kapolda Kalsel Temukan Jalan Baru, Dari Seragam Dinas ke Dakwah Sunnah

Foto Istimewa

Pijarkalimantan.com – Dalam dunia kepolisian Indonesia, nama Komjen (Purn) Anton Bachrul Alam bukanlah nama asing. Ia pernah menduduki jabatan-jabatan strategis, seperti Kepala Divisi Humas Mabes Polri dan Kapolda Jawa Timur.

Dengan seragam kebesaran dan deretan bintang di pundaknya, Anton dulunya dikenal sebagai figur tegas, disiplin, dan berwibawa di mata publik dan institusi.

Namun, siapa sangka, beberapa tahun setelah purnatugas dari dinas kepolisian, sosok Anton muncul kembali ke hadapan publik dalam wajah yang sangat berbeda.

Kali ini, bukan sebagai aparat penegak hukum, melainkan sebagai seorang pendakwah.

Ia tampil dalam balutan busana muslim sederhana, mengenakan peci hitam, dan memelihara jenggot putih yang kini menjadi ciri khasnya.

Penampilannya berubah drastis, seolah mencerminkan perubahan mendalam yang terjadi dalam dirinya.

Perubahan itu tak terjadi begitu saja. Dalam sebuah video yang dibagikan melalui akun TikTok kamyabisaeed, Anton menceritakan pengalaman spiritual yang menjadi titik balik hidupnya.

Ia mengisahkan masa di mana ia diliputi rasa takut yang tak bisa dijelaskan: ketakutan akan mati sebelum sempat menunaikan ibadah haji.

“Padahal secara finansial saya sanggup, tapi entah mengapa ada rasa was-was, takut mati dalam keadaan belum berhaji,” ujarnya dengan dalam video tersebut.

Didorong oleh keresahan itu, ia memutuskan untuk segera mendaftar haji bersama istrinya.

Meski tanpa persiapan matang dan belum sempat mengikuti manasik bimbingan teknis haji yang lazim diikuti jamaah Indonesia Anton tetap bulat dalam keputusannya.

Ia merasa waktu tak lagi bisa ditunda.

Sesampainya di Tanah Suci, Anton merasa kebingungan dengan berbagai ritual ibadah yang harus dijalani.

Di tengah kegelisahan itu, takdir mempertemukannya dengan seorang ulama asal Indonesia, KH Ashari.

Baca Juga  Pengukuhan Ketua Apindo Kalsel Jadi Panggung Ema dan UMKM HSU

Pertemuan yang tampaknya kebetulan itu menjadi awal dari perjalanan spiritual yang lebih dalam.

KH Ashari dengan sabar membimbingnya menjalani setiap tahapan ibadah haji, mulai dari niat, tata cara thawaf, sa’i, wukuf, hingga doa-doa khusus yang biasa dibaca di tempat-tempat suci.

“Saya ikuti saja apa yang beliau katakan. Saya benar-benar merasa seperti anak kecil yang baru belajar berjalan. Untung ada beliau, saya dibimbing bukan hanya secara teknis, tapi juga secara hati,” kenangnya.

Pengalaman di Tanah Suci itu meninggalkan bekas yang tak hilang. Sepulangnya ke Indonesia, Anton mulai merasakan perubahan dari dalam. Aktivitas sehari-harinya pun perlahan bergeser.

Ia mulai rajin salat berjamaah di masjid lingkungan rumahnya, membiasakan diri bangun tengah malam untuk menunaikan tahajud, gemar bersedekah kepada yang membutuhkan, serta memperdalam ilmu agama dan rutin membaca Al-Qur’an.

Tak hanya itu, semangat dakwah mulai tumbuh dalam dirinya. Ia kini kerap diundang untuk mengisi pengajian, ceramah, dan berbagai kegiatan keagamaan di berbagai daerah. Banyak yang terkejut, namun tak sedikit pula yang merasa terinspirasi.

Perjalanan hidup Anton menjadi contoh nyata bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dan dalam bentuk yang tak terduga.

Dari pangkat jenderal di dunia, ia kini memilih merendah di hadapan Tuhannya.

Dari yang dahulu berdiri di podium memberi keterangan pers, kini berdiri di mimbar masjid menyampaikan pesan-pesan keimanan.

Perubahan ini bukan sekadar soal tampilan fisik, tapi sebuah peralihan cara pandang terhadap hidup.

Dari karier cemerlang di dunia, Anton kini tampak lebih fokus menyiapkan bekal untuk akhirat.

Ia menunjukkan bahwa perjalanan spiritual sejati bukan hanya soal ibadah formal, tetapi juga tentang keberanian untuk berubah, dan kerendahan hati untuk belajar dari awal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *