Kisah Syamsir Alam dan Perjuangan Pemekaran Tanah Kambatang Lima

Pijarkalimantan.com Kotabaru,- Syamsir Alam, warga Desa Serongga, Kscamatan Kelumpang Hilir, Kotabaru, Kalsel mengisahkan awal mula sebelum terbentuknya Forum Komunikasi Masyarakat Banua (FKMB) atau pengurus pemekaran daerah otonom barru (DOB) Tanah Kambatan Lima, Sabtu (12/10 /2024).

 

Kabupaten induknya Kotabaru, Kalimantan Selatan.

 

Syamsir mengatakan, pada 26 Juni 2019, dia berinisiatif membuat grup WhatsApp (WA) yang bernama Usung Bupati atau Wakil.

 

Grup itu, kata Syamsir, dibuat sebagai wadah diskusi calon bupati dan wakil bupati Kotabaru yang berasal dari daratan Kalimantan atau Kotabaru seberang (12 kecamatan) khususnya Kecamatan Hampang dan Pamukan. 

 

Nama grup WhatApp itu kemudian dirubah menjadi Usung Bakal Calon Bupati/Wakil dari Zona Hampang dan Pamukan. Katanya, untuk lebih memperjelas fokusnya.

 

Dikatakan Syamsir, di rumah kontrakan Zaini Sukarni di Kecamatan Kelumpang Hilir, sekitar jam 09.10, dia mulai mengundang beberapa nama jadi anggota grup WhatsApp.

 

Waktu itu, kata Syamsir, diskusi di grup muncul pelbagai tanggapan. Ada yang menyambut hangat dan ada yang skeptis. 

 

“Waktu itu saya ingin grup WhatsApp yang saya buat itu menjadi wadah diskusi untuk mendorong agar ada putra daerah yang menjadi eksekutif sehingga urusan masyarakat di daratan Kalimantan atau Kotabaru menjangkau lebih mudah,” ungkap Syamsir.

 

Syamsir mengaku waktu itu Zaini Sukarni, kawan seperjuangannya (istilah Bambang Pacul perjuangan sebelum melenting.red) sempat mengingatkan karena khawatir grup WA itu akan menimbulkan masalah, mengingat situasi politik menjelang Pilkada 2020. “Saat itu terlalu sensitif untuk membicarakan hal ini,” ujarnya.

 

Meski ada kekhawatiran, katanya, dia tetap nekat dengan niat tulusnya, akhirnya Zaini mendukung.

 

Mereka pun bersemangat untuk melanjutkan diskusi politik tersebut. 

Baca Juga  Dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-79, Pemkab Kotabaru Gelar Kemah Pemuda Kemerdekaan di Obyek Wisata Pantai Gedambaan

 

Nama-nama calon wakil bupati dari daratan Kotabaru mulai bermunculan dalam diskusi, seperti Saijul Kurnaen, Herfani, Yudi Tarigan, Muhlan, Mujiyanto, Rapiansyah, Syairi Mukhlis, Sugampang, Rabbiansyah, Hasbullah, dan lainnya.

 

Nama-nama tersebut mewakili berbagai latar belakang dan menjadi kandidat kuat yang dibahas dalam grup.

 

 

Syamsir mengatakan, infonya tuntutan pemekaran Kotabaru menjadi yang namanya usulan DOB-nya Tanah Kambatanglima itu sudah ada sejak tahun 2015. “Salah satu penggagas adalah Ir Bahrudin, ME, namun sempat vakum,” kata Syamsir.

 

Syamsir dan Zaini menghidupkan kembali tuntutan pemekaran Kotabaru tersebut sebagai nilai tawar di Pilkada 2020. 

 

Dalam sebuah pertemuan di belakang panggung Siring Laut, Ali Murtofo dari Pagatan Tanah Bumbu menyarankan agar diskusi politik ini disertai dengan tuntutan pemekaran wilayah. “Isu pemekaran harus menjadi nilai tawar yang kuat; kita perlu memainkan isu ini seperti bola salju agar semakin besar dan menarik perhatian publik,” ujarnya.

 

Gagasan perlunya pemekaran pun terus berkembang. Syamsir dan Zaini kemudian menemui Bahrudin untuk meminta izin dan menjelaskan maksud mereka. Bahrudin menyambut baik ide tersebut dan memberikan dukungan terhadap rencana Syamsir dan organisasinya untuk menghidupkan kembali tuntutan pemekaran Tanah Kambatan Lima.

 

Pada tahun yang sama, diskusi semakin intensif dengan adanya usulan dari Saijul Kurnaen untuk mengundang para tokoh pejuang pemekaran dalam diskusi lebih lanjut. Pertemuan ini akhirnya melahirkan sebuah forum baru, yaitu Forum Komunikasi Masyarakat Banua (FKMB) Daratan Kotabaru, yang hingga kini masih eksis sebagai wadah perjuangan pemekaran wilayah.

 

(Ril/AWAS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *